Berawal dari membaca Novel karya Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra berjudul "99 Cahaya di Langit Eropa", pada suatu bab diceritakan ada satu rumahmakan di Wina, Austria bernama "Der Wiener Deewan" yang didirikan seorang pendatang dari Pakistan. Dengan motto : "All You Can Eat. Pay as You Wish".
"Konsep ikhlas memberi dan menerima. Take and give. Natalie Deewan snag pemilik rumah makan percaya bahwa sisi terindah dari manusia yang sesunggunya adalah kedermawanan"
Bayangkan kalo warung makan seperti ini ada di Indonesia, apa bisa bertahan lebih dari seminggu?
Inilah kita yang harus belajar menerapkan kejujuran dan harus dicontohkan dari para pemimpin kita
Berikut salah satu liputan tentang Wiener Deewan:
Wiener Deewan: Makan sepuasnya, Bayar Seikhlasnya
Austria, MajalahInovasi.com – Pada umumnya sebuah restoran selalu mencantumkan harga untuk setiap makanannya. Namun apa jadinya jika suatu restoran tidak memasang harga makanannya dan justru menyerahkan kepada pelanggannya untuk menilai harga dari sebuah makanan yang dimakan?
Der Wiener Deewan Restaurant merupakan nama restoran yang telah memutarbalikan sistem bisnis yang telah berlaku umum. “All you can eat, pay as you wish” alias makan sepuasnya bayar seikhlasnya, menjadi tagline dari restoran yang menyajikan makanan khas Pakistan ini. Konsep bisnis konvensional tidak berlaku bagi mereka. Sebuah konsep menarik yang siap untuk rugi.
Konsep unik restoran yang terletak di Wina, Austria, ini menjadikan Wiener Deewan tidak pernah sepi pengunjung. Terletak di jantung kota Wina, Schottentor, yang tentu biaya sewanya mahal, tidak menjadikan restoran ini mengenakan tarif mahal juga. Banyak mahasiswa sekitar Wina yang memadati restoran ini. Begitu pula umat Muslim yang mencari makanan halal.
Konsepnya adalah menyajikan makanan dengan cara prasmanan, sehingga pengunjung dapat mengambil makanan sebanyak mereka mau. Untuk menunya, restoran ini menyediakan menu utama dalam dua kategori. Makanan kari berbahan dasar ayam, kambing, dan lembu. Dan jenis makanan vegetarian. Selain itu, disediakan juga makanan pencuci mulut. Untuk minuman, air mineral bisa diminum gratis. Namun untuk minuman lainnya, restoran ini mencantumkan harga tetap, tidak seperti makanannya.
Harga normal untuk setiap makanan berkisar 5-6 euro. Namun ada juga orang yang membayar 1-2 euro, bahkan hanya membayar minumannya. Banyak yang mengatakan kepada kasir bahwa mereka pelajar, sedang tidak punya uang, atau mengaku sebagai pengangguran. Sang kasir tetap tersenyum menghadapi mereka. Namun banyak pula yang membayar lebih untuk makanan yang dimakan. Pelayanan tetap sama, baik bagi yang membayar sedikit maupun banyak.
Didirikan pada 2003 oleh Natalie Deewan, seorang lulusan filsafat. Ia mendirikan restoran ini berdasarkan konsep kedermawanan manusia dalam memberi dan menerima. Pada minggu-minggu pertamanya, ia tidak yakin bahwa restorannya akan sukses, namun pengunjung restorannya semakin hari semakin banyak dan bahkan membayar lebih untuk makanan yang mereka makan. Restoran ini bahkan belum pernah mengalami kesulitan keuangan.
Ayo siapa yang mau bikin restoran serupa di Indonesia?
Eh, ternyata Bon Jovi juga membuat restoran kayak diatas lho!
Di
situ, terserah kalian mau makan apa, dan bayar sebisa agan.
Kalo agan gak bisa bayar, agan bisa jadi sukarelawan di situ, entah jadi koki
atau yg nyuci piring.
Nih Beritanya
VIVAnews
- Vokalis band rock asal Amerika ini memang dikenal memiliki jiwa sosial yang
tinggi. Ia juga tergabung dalam yayasan amal yang diberi nama JBJ Soul Foundation.
Pria kelahiran New Jersey ini juga telah dinobatkan oleh Presiden Barack Obama
untuk menjadi Dewan Solusi Komunitas di Gedung Putih, tepatnya pada bulan
Desember 2010 lalu.
Banyak yang telah dilakukan oleh JBJ Soul Foundation, seperti membangun rumah
sebnayak 250 unit untuk keluarga tak mampu di Philadelphia.
Tak cukup dengan kegiatannya tersebut, Jon tampaknya cukup sedih melihat masih
banyak tunawisma dan orang-orang kelaparan di negaranya. Hal inilah yang
menggerakkan hatinya untuk membuat sebuah tempat makan revolusioner, The Soul
Kitchen, di Red Bank, New Jersey.
Uniknya, restoran ini tidak mewajibkan para pengunjungnya yang kurang mampu
untuk membayar tagihan secara penuh.
Jika pelanggannya tidak mampu membayar, ia dapat memilih dua jenis menu, yaitu
menikmatinya secara gratis atau bekerja sebagai relawan. Menu yang disajikan
merupakan menu sehat olahan sayuran dan daging.
"Jika kamu tak mampu membayar dan berkata 'Aku lapar', kami akan memberimu
makanan. Tapi, kami ingin agar kalian melakukan sesuatu. Kalian bisa bekerja di
dapur sebagai staf koki atau petugas pencuci piring", ujar Jon.
Sedangkan bagi para pengunjung yang mampu membayar, mereka tak hanya disajikan
dengan hidangan lezat saja. Tetapi mereka juga diberitahu bahwa uang pembayaran
mereka tersebut akan dikontribusikan terhadap yayasan sosial. Selengkapnya >>
0 komentar:
Posting Komentar